CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Sabtu, 02 Januari 2010

Pertamina EP Temukan Gas di Sumur Matindok

Jakarta, IEW – PT Pertamina EP (Eksplorasi dan Produksi) kembali menemukan gas 12 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) melalui sumur pemboran Matindok 2 (MTD-2) di Lapangan Matindok, Sulawesi Tengah. Penemuan tersebut menambah potensi gas yang bisa diproduksikan dari Lapangan Matindok. “Sebelumnya, dari sumur MTD-1 ditemukan hasil sebanyak Sembilan MMSCFD,” kata M. Harun, Manager Humas Pertamina EP, di Jakarta, Jumat (03/04/2009).

Menurut dia, Pertamina EP akan menambah dua sumur tambahan yakni MTD-3 dan 4 pada tahun 2010-2011. Rencana pengembangan (plan of development/POD) Matindok telah disetujui Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) pada 24 Desember 2008. “Hasil gas Matindok akan dikirim ke Kilang Donggi Senoro LNG yang dioperasikan PT DS LNG pada tahun 2012-2013,” kata Harun.

Dari total komitmen, lanjut Harun, pasokan Matindok sebesar 85 MMSCFD, dipenuhi dari Donggi sebesar 50 MMSCFD, Matindok 20 MMSCFD, dan Maleo Raja 15 MMSCFD.




Produksi gas Pertamina EP mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2006, produksi gas mencapai 955 MMSCFD, tahun 2007 naik menjadi 980 MMSCFD, dan tahun 2008 meningkat lagi menjadi 1.003 MMSCFD. “Tahun 2009 Pertamina EP menargetkan produksi gas mencapai 1.123 MMSCFD,” kata Harun.

Produksi minyak Pertamina EP juga mengalami peningkatan sejak 2003 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata (Capital Average Gross Ratio/CAGR) mencapai 3,1 persen dari level produksi 95,6 ribu barel per hari (MBOPD) di 2003 menjadi 102,2 MBOPD tahun 2006.

Tahun 2007, produksi minyak naik 6,7 persen menjadi 110,3 MBOPD dan kembali naik tahun 2008 menjadi 116,6 MBOPD. Menurut Harun, pada 2009, Pertamina EP menargetkan tingkat pertumbuhan
produksi minyak sebesar 6,2 persen dengan target produksi 125,5 MBOPD

SEMBURAN LUMPUR SIDOARJO TIDAK MENGANDUNG MINYAK MENTAH

Hasil penelitian dan analisa yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMG) ‘LEMIGAS’ menghasilkan bahwa tidak ditemukan kandungan minyak mentah (crude oil) dalam jumlah besar pada lumpur di pusat semburan lumpur yang masih aktif di lokasi semburan lumpur Sidoarjo. Berdasarkan analisa menunjukkan hydrokarbon yang tercampur pada lumpur merupakan ceceran produk olahan dari minyak bumi (minyak pelumas bekas).

Penelitian dan analisa PPPTMG ‘LEMIGAS’ dilakukan sebagai tindak lanjut kejadian tanggal 19 Maret 2009 yang menjadi pemberitaan beberapa media masa yang menyebutkan adanya indikasi semburan minyak bercampur lumpur dan air di lokasi semburan gas Lumpur Sidoarjo. Selain tim dari PPPTMG ‘LEMIGAS’, pada pengambilan percontoh (sampling) pada tanggal 21 hingga 22 Maret 2008, juga dilakukan tim dari Direktorat Jenderal Migas dan Badan Geologi.

Percontoh atau sampling lumpur diambil dari Tanggul Cincin (TC) 45, TC 44.1, TC 42.1. Untuk percontoh minyak dan air diambil dari lokasi TC 46. Pengambilan percontoh lumpur kering dilakukan pada Tanggul Intra Section 16 dan Tanggul PPI 18. Sedang untuk percontoh gas diambil pada lokasi dekat Pabrik Kerupuk Candi, Desa Jatirejo (Tanggul Intra Section 22-23) dan Desa Ketapang (berupa gas bubbles). Semua percontoh (emulsi liquid, air dan gas) dianalisis di Laboratorium ‘LEMIGAS’.

Analisa yang digunakan terdiri dari analisa Total Petroleum Hydrokarbon (TPH), analisa Finger Printing, analisa Komposisi Gas, analisa Isotop Hydrokarbon dan analisa Oil Content. Berdasarkan analisa terhadap percontoh memperlihatkan terdapat live hydrokarbon dalam lumpur. Namun konsentrasi tergolong kecil dan masih dibawah ambang batas yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Analisa Oil Content dan TPH terhadap percontoh air juga memperlihatkan dibawah ambang batas KLH sehingga aman dialirkan ke badan air.

Sedang analisa terhadap gas yang berasal dari gelembung gas (gas bubble), memperlihatkan bahwa gas tersebut merupakan gas methana yang merupakan hasil dari proses thermogenic dan tidak berbahaya. Gas yang keluar dari bawah permukaan ini berupa gelembung gas dengan tekanan rendah dan langsung tersebar ke udara sehingga konsentrasi gas methana menjadi kecil saat berada di dalam udara bebas.

Terhadap lumpur yang diduga mengandung minyak mentah (crude oil) juga tidak terbukti. Selain kandungan minyaknya sangat kecil, berdasarkan analisa, lumpur tersebut merupakan atau mengandung jenis tanah/lempung. Hal ini juga didukung analisis XRD bahwa lumpur/batuan percontoh mengandung jenis lempung yaitu smectite, kaolinite dan lilite serta sedikit clorite. Adapun kandungan logam berat pada percontoh juga tidak signifikan.

MENELAAH REKAMAN SEISMICITY PULAU SUMATERA

Kita tentu masih ingat gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh di akhir tahun 2004. Gempa bumi yang melanda Aceh dan Pulau Sumatera bagian utara pada tanggal 26 Desember 2004 adalah gempa bumi yang termasuk dalam kategori gempa bumi terdahsyat yang pernah terjadi di bumi setelah gempa bumi dahsyat yang melanda Alaska pada tahun 1964. Gempa bumi yang melanda Alaska tersebut mempunyai kekuatan sebesar 9.2. Gempa bumi yang melanda Sumatera pada tahun 2004 ini mampu mengubah lantai samudera dan menghasilkan gelombang tsunami yang mampu menghancurkan apa saja yang dilaluinya mulai dari Pulau Sumatera bagian utara, Thailand, Sri lanka, India, bahkan sampai ke pesisir timur benua Afrika.



Gempa bumi dapat terjadi sepanjang batas pertemuan antara lempeng Eurasia dan lempeng Australia. Panjang batas pertemuan kedua lempeng tersebut sekitar 5500 kilometer atau sekitar 3400 mil mulai dari Myanmar melewati Pulau Sumatera, Jawa, dan menuju Australia. Di sekitar Pulau Jawa dan Sumatera bagian Selatan, lempeng Australia bergerak ke arah utara/timur laut sebesar 60-65 mm per tahun relative terhadap AsiaTenggara. Sedangkan di daerah sekitar utara Pulau Sumatera, lempeng Australia bergerak 50 mm per tahun. Lempeng Australia dan lempeng Eurasia bertemu di kedalaman sekitar 5000 meter atau 3 mil di bawah permukaan air laut pada Palung Sumatera yang terletak di Samudera India. Palung tersebut tersebar relatif pararel terhadap pantai barat Pulau Sumatera sekitar 200 kilometer atau 125 mil dari garis pantai. Pada palung tersebut, lempeng Australia menyusup di bawah lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut sering juga disebut “megathrust” dimana lempeng Eurasia seolah-olah terangkat oleh lempengAustralia yang menyusup ke dalam bumi. Megathrust yang ada di selatan Pulau Jawa relatif tegak lurus terhadap palung sedangkan di sebelah baratdaya Pulau Sumatera lebih membentuk sudut atau oblique. Akibat geometri dari pertemuan kedua lempeng tersebut di sebelah baratdaya Pulau Sumatera yang membentuk sudut maka pertemuan lempeng tersebut mempunyai komponen dip-slip (dextral slip atau menggeser relative ke kanan) yang tercerminkan dari adanya Patahan Sumatera yang ada di blok “hanging wall” dari daerah penunjaman Sumatera. Patahan tersebut kurang lebih berasosiasi dengan busur vulkanik Sumatra yang mampu mengakomodasikan komponen geser dari bentuk penunjaman yang oblique atau bersudut. Pertemuan kedua lempeng tersebut juga tidaklah mulus akan tetapi lebih membentuk hubungan “stick and slip”. Ini artinya megathrust akan tetap terkunci atau tidak ada pergeseran yang cukup berarti antara kedua blok selama beratus-ratus tahun dan jika megathrust tidak mampu lagi terkunci maka akan terjadilah gempa bumi yang sangat dahsyat.

Sejarah membuktikan bahwa proses penunjaman dari megathrust tidak akan menghancurkan seluruh daerah patahan (sepanjang batas lempeng atau sekitar 5500 kilometer ) dalam satu waktu saja. USGS melaporkan bahwa patahan mulai terjadi di bagian utara Pulau Simeulue. Dari pengamatan seismogram yang dilakukan oleh Chen Ji (Caltech seismologist) ditemukan bahwa patahan utama yang ada di Pulau Simeulue menjalar kearah utara sepanjang 400 kilometer sepanjang jalur megathrust dengan kecepatan 2 kilometer per detik. Akan tetapi dengan berlanjutnya gempa utama maka daerah patahan bertambah sebesar 1000 kilometer ke arah utara di daerah Kepulauan Andaman.

Lintasan dari penunjaman megathrust yang berkembang dari Myanmar kearah selatan melewati Laut Andaman dan kemudian kearah tenggara menuju pesisir barat pantai Sumatra telah menghasilkan gempa yang sangat dahsyat dalam dua abad terakhir. Pada tahun 1883, patahan dari segmen yang sangat panjang di pesisir Sumatra Tengah menghasilkan gempa bumi dengan skala 8.7 dengan diikuti tsunami. Pada tahun 1861, lintasan di bagian utara ekuator menghasilkan gempa bumi dengan skala 8.5 diikuti tsunami. Segmen di utara Kepulauan Nikobar juga mengalami patahan di tahun 1881 dan menghasilkan gempa bumi dengan skala 7.9. Bagian di bawah Kepulauan Enggano juga mengalami patahan pada tahun 2000 dan menghasilkan gempa bumi dengan skala 7.8.

Gempa bumi yang terjadi di tahun 2004 dihasilkan dari patahan yang terjadi di bagian paling utara dari bagian megathrust Pulau Sumatera. Penelitian-penelitian seismik terdahulu menunjukkan bahwa patahan yang terjadi seperti pada tahun 1883 hampir terjadi setiap dua abad. Ini menyebabkan bagian-bagian yang lain dari lintasan megathrust yang ada menjadi daerah yang sangat rawan bencana gempa bumi yang kemungkinan disertai tsunami.Selama terjadinya patahan dari penunjaman megathrust, bagian dari Asia Tenggara yang terdapat di atas megathrust berpindah kearah barat (kearah palung) sebesar beberapa meter dan dapat naik sebesar 1-3 meter. Kenaikan bagian ini membuat seakan-akan samudera naik sebesar 1-3 meter. Pada saat air tersebut bergerak turun kembali maka ini akan memicu terjadinya rentetan gelombang samudera yang mampu menjalar sepanjang Teluk Bengal. Dan pada saat gelombang tersebut mendekati daratan, gelombang tersebut berkurang kecepatannya tetapi ketinggian gelombang tersebut bertambah sehingga mampu menghancurkan semua yang dilewatinya. Gelombang inilah yang disebut gelombang tsunami seperti yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 kemarin. Meskipun gelombang tsunami dapat reda dalam waktu yang singkat akan tetapi gelombang ini mampu menggenangi beberapa tempat yang relatif rendah di sekitar pesisir pantai dan membentuk rawa-rawa. Pulau-pulau yang ada di atas megathrust terangkat sebesar 1-3 meter sehingga mampu mengangkat koral-koral yang sebelumnya ada di dalam laut.

PERTAMINA MULAI TETAPKAN TEKNOLOGI EOR

PT Pertamina EP akan mulai menetapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) pada sembilan lapangan minyaknya pada tahun ini. Hal ini dilakukan berdasarkan persetujuan yang telah diberikan BP MIGAS. Demikian diungkapkan Direktur Utama Pertamina Ari Soemarmo dalam paparannya di depan Komisi VII DPR RI. Rabu (27/06).

Sembila lapangan tersebut adalah Rantau (water flooding), Kendali Asam (Water Flooding), Talang Jimar (Water Flooding), Limau Q-51 (Chemical Flooding), Kawengan (Water Flooding), Nglobo (Water Flooding), Bunyu (Water Flooding), Sangatta (Water Flooding) dan Tanjung (Water Flooding).

Rencananya tahun 2007 ini baru akan dilakukan tahapan studi. Sedangkan pilot project baru akan dilaksanakan tahun 2008 dan diharapkan dapat memberikan konfirmasi dari studi tersebut.

Menurut Ari, proyek EOR merupakan long term project yang membutuhkan investasi cukup besar di awal proyek dan memerlukan waktu untuk mencapai hasil yang optimum.

"Kajian awal menunjukan aplikasi teknologi EOR seperti water flooding dan chemical flooding dilakukan karena 85% dari total lapangan sudah mature dan produksi kumulatif minyak dari lapangan-lapangan tersebut pada umumnya sudah mencapai lebih dari 80 % primary recovery"

Jumat, 01 Januari 2010

Old Building Photoshop Effect Tutorial

[1]-First of all Open Any image with the help of Ctrl+O as I did take following image

Pun499-old-building-photoshop-effect-tutorial1

[2]-Now make the Duplicate Layer & then go to Layer>New Adustment Layer>Channel Mixer
Photoshop Technique-How to use the Channer Mixer features like I have used this


href="http://tutorialtown.com/wp-content/uploads/2008/06/pun499-old-building-photoshop-effect-tutorial2.gif">Pun499-old-building-photoshop-effect-tutorial2

Pun499-old-building-photoshop-effect-tutorial3

[3]-Now your image should look like as shown below

Pun499-old-building-photoshop-effect-tutorial4

[4]-Now Open Other image as I did take following image of Clouds & adjust in First image with the help of Move Tool

Pun499-old-building-photoshop-effect-tutorial5

[5]-Now Blending Mode of this Layer should ‘Color Dodge’ & your Layer Pallete should look like as shown below

Pun499-old-building-photoshop-effect-tutorial6

[6]-Thanks for read this Photoshop Tutorial.I hope U have learnt some Photoshop Techniques & the Final Output of this Tutorial
is shown below

Pun499-old-building-photoshop-effect-tutorial7


Minyak Chevron ke Conoco Perlu Ditambah 10-20 Ribu Barel

Target produksi minyak sebanyak 950 ribu barel per hari yang ditetapkan oleh pemerintah, dinilai masih kurang.

Termasuk swap dari minyak Chevron ke gas Conoco Phillips sebesar 50 ribu barel per hari yang perlu ditambah sekira 10 ribu hingga 20 ribu barel per hari.






"Kalau target 950 ribu barel per hari sudah termasuk swap, itu terlalu ringan buat pemerintah. Sehingga nampaknya pemerintah perlu memberi pressure kepada para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS)," ujar pengamat perminyakan Pri Agung Rakhmanto di sela rapat panggar, di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Senin (8/9/2008).

Lebih jauh ia mengungkapkan bahwa realisasi di lapangan bisa tetap 927 ribu barel per hari. Walaupun jika keputusan yang diambil adalah 950 atau 977 ribu barel per hari.

"Soalnya tambahan lifting minyak sebesar 20 ribu barel per hari dari ladang baru Exxon-Cepu belum bisa kita terima, karena harus dihitung dulu cost recovery-nya," jelasnya. (wdi) (ade)

LIMA PERUSAHAAN ASING MULAI STUDI BLOK MIGAS DI INDONESIA TIMUR

Lima perusahaan asing mulai melakukan studi bersama potensi sejumlah lapangan minyak dan gas di wilayah Indonesia Timur. Mereka akan mengikuti lelang penawaran langsung terhadap lapangan-lapangan tersebut tahun depan.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Direktorat Jenderal Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Priyono mengungkapkan hal itu kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (26/12).

Kelima perusahaan meliputi ExxonMobil, Chevron, Amerada Hess, CNOOC dan Essar. Menurut Priyono, perusahaan-perusahaan tersebut melakukan studi bersama dengan menggandeng mitra lokal. Beberapa lembaga pendidikan seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Pajajaran dan UPN Yogyakarta juga dilibatkan.

Priyono mengatakan, pemerintah rencananya akan melelang paling sedikit 30 wilayah kerja (blok) minyak dan gas tahun depan. Lelang akan ditempuh melalui mekanisme lelang umum dan penawaran langsung.

"Tahun depan, kami akan mengadakan lelang umum sebanyak 2 putaran, sedangkan penawaran langsung bisa dilaksanakan 3 putaran atau setiap empat bulan sekali," paparnya.





13 Desember lalu, pemerintah mengumumkan hasil lelang 21 blok migas yang ditawarkan melalui mekanisme penawaran langsung. Dari ke-21 blok, hanya 18 blok yang ditetapkan pemenangnya.

Sisanya, dinilai tidak memenuhi syarat untuk bisa dilakukan penetapan pemenang. Setiap pemenang lelang diwajibkan menyampaikan komitmen bonus tandatangan berupa garansi bank, paling lambat 14 hari setelah pengumuman pemenang.

Hingga akhir pekan lalu, baru tiga perusahaan yang memenuhi kewajiban itu. Ketiganya adalah Transword Exploration Ltd, Indoreach Exploration Ltd dan Konsorsium ConocoPhillips-Stat Oil ASA.

Transword memenuhi komitmen bonus tandatangan untuk Blok Duyung di lepas pantai Natuna, Indoreach untuk Blok Pari di lepas pantai Natuna, dan Konsorsium ConocoPhillips-Stat Oil ASA untuk Blok Kuma di Sulawesi Barat.

Pengembangan ke-18 wilayah kerja migas tersebut diproyeksikan menyerap investasi total senilai US$235,78 juta dan bonus tandatangan sebesar US$31,45 juta. Bonus tandatangan diperhitungkan sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP).

Para pemenang yang belum menyerahkan komitmen bonus tandatangan adalah Konsorsium PT Mosesa Petroleum-PT Kencana Surya Perkasa-PT Petross untuk Blok Tonga Sumatra Utara, Ranhill Jambi Inc untuk Blok Batu Gajah daratan Sumatra Tengah, Konsorsium PT Hexindo Gemilang Jaya-PT Indelberg Blok Lemang daratan Sumatera Tengah.

Kemudian, Konsorsium PT Gregori Gas Perkasa-CNOOC untuk Blok Batanghari di daratan Sumatra Tengah, PT Odira Energy Persada untuk Blok Karang Agung di Sumatra Selatan, Star Energy Holdings Pte Ltd untuk Blok Sekayu di Sumatra Selatan, PT Insani Bina Perkasa untuk Blok Alas Jati di daratan Jawa Timur, Petro Java International Inc Blok North Kangean di lepas pantai Jawa Timur.

Selanjutnya, Konsorsium Mitra Energy Ltd-Pearl Oil Blok Sibaru lepas pantai Jawa Timur, PT Kalimantan Kutai Energi Blok West Sangatta Kaltim, PT Pandawa Prima Lestari Blok Wain Kaltim, Konsorsium PT Ephindo-Serica Energy Blok Kutai Kaltim, Konsorsium PT Gema Tera-Manley NV-TGS Nopec untuk Blok Budong-Budong Sulawesi Barat, Pearl Oil untuk Blok Karana di Selat Makassar dan Konsorsium Japec-Primer Oil-Kufpec untuk Blok Buton Sulawesi Tenggara.

Pertamina EP Bingung Cari Tambahan Produksi Minyak


Foto: Pertamina EP

Jakarta
- Produksi Pertamina EP sepanjang semester pertama mencapai 119.000 barel per hari. Angka ini naik dari produksi pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 109.000 barel per hari.

"Jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya 109.000 barel per hari. Jadi dalam per hari ada kenaikan sekitar 10.000 bph," kata Dirut Pertamina EP Tri Siwindono disela diskusi diskusi keselamatan migas di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (28/7/2008).

Angka pencapaian ini memang masih di bawah target produksi Pertamina yang ditetapkan BP Migas untuk tahun ini sebesar 128.000 barel per hari.

Tri mengaku agak bingung bagaimana mencari tambahan 9.000 barel per hari lagi. Ia bahkan memperkirakan produksi yang bisa dicapai hingga akhir tahun hanya sekitar 123.000 barel per hari.




"Mungkin yang bisa dicapai sekitar 123.000 barel per hari, tetapi target kita memang tinggi banget, 125.000 bph. Bahkan BP Migas menargetkan kita 128.000 bph. Jadi masih sekitar 9.000 bph. Itu kita cari di mana, di pasar juga nggak ada," katanya.

Salah satu penyebab rendahnya produksi minyak Pertamina dibandingkan target adalah realisasi produksi dari lapangan Pondok Tengah.

Dari lapangan ini sebenarnya ditargetkan produksi minyak mencapai 4.000-6.000 barel per hari. Namun pada kenyataannya, minyak yang ditemukan lebih sedikit, dan yang diproduksi hanya sekitar 2.000 barel per hari.

Tapi sebagai gantinya, gas yang ditemukan di lokasi tersebut justru lebih banyak dari ekspektasi.

"Gasnya tetap tinggi, sekitar 17-18 mmscfd. Memang yang namanya permukaan kita kan gak tau, tadinya dikira cadangan minyak ternyata malah gas. Meskipun kalau dikonversi volumenya sama," ujarnya.

Sementara terkait kenaikan produksi dibandingkan tahun lalu, menurut Tri, hal ini didorong investasi yang dialokasikan Pertamina di sisi hulunya.

Untuk tahun ini, Pertamina mengalokasikan Rp 6,4 triliun untuk investasi di bidang hulu. Namun hingga saat ini investasi yang dikucurkan baru sekitar 24% atau Rp 1,6 triliun.

Investasi sebesar itu terutama dialokasikan untuk tujuh fokus pengembangan. Diantaranya adalah mengkosentrasikan eksplorasi di 5 lapangan yaitu Pondok Tengah, Tambun, Sukowati, lapangan Poleng dan Limau di Sumatera Selatan.

"Untuk lapangan Limau yang operasikan kita sendiri dan hasilnya cukup bagus karena kita menemukan lapisan baru sehingga setiap ngebor mendapatkan 800 bph hingga 1000 bph yang bisa kita dapatkan," katanya.

Selain itu Pertamina juga memperbaiki manajemen produksi dengan melakukan PoP (put on production) dari hasil temuan-temuan eksplorasi. PoP maksudnya langsung memproduksikan lapangan eksplorasi yang sudah terbukti mengandung minyak atau gas tanpa menunggu proses PoD selesai.

Lalu usaha peningkatan juga dilakukan dengan mengaktifkan kembali sumur-sumur yang sudah ditinggalkannya.

"Mungkin sumur yang dulu ditinggalkan cuma 15 barel ditinggal karena tidak ekonomis tapi dengan harga minyak sekarang jadi ekonomis lagi," katanya.

Tak hanya itu, lapangan-lapangan tua juga diaktifkan lagi, dan metode EOR (enhance oil recovery) pun akan segera dimulai.

Harga ELPIJI Melonjak

Elpiji naik seperti ditulis di Kompas. Dengan demikian harga per tabung untuk 12 kg dari 63 ribu menjadi 69 ribu. Sementara untuk tabung 50 kg dari 343.900 menjadi 362.750 . Elpiji yang 3 kg tetap tidak naik, karena disubsidi oleh pemerintah. Menurut Humas Pertamina kenaikan ini diberlakukan karena Pertamina merugi.

Yang menarik adalah mengapa Pertamina menaikkan harga elpiji. Menurut Humas Pertamina, ini dilakukan karena harga elpiji dijual jauh di bawah harga pasar dunia. Harga elpiji sebelum naik adalah 5.250/kg dan dinaikkan menjadi 5.750/kg, dan harga internasional sekarang adalah 11.400/kg.


Yang menjadi pertanyaan saya adalah, kok elpiji mau dijual dengan harga pasaran dunia. Berbeda dengan BBM, dimana kita adalah importir, untuk kasus gas kita adalah EKSPORTIR! Gasnya punya kita, ya suka-suka kita dong jual berapa untuk rakyat. Yang perlu kita ketahui adalah berapa biaya produksinya. Selama masih nutup, tidak perlu dijual dengan harga pasaran dunia. Saya kuatir yang dimaksud rugi oleh beliau adalah opportunity loss, sebuah jargon ekonomi yang berarti kerugian akibat kehilangan kesempatan meraup keuntungan lebih besar. Kerugian ini adalah kerugian yang dibayangkan, bukan kerugian dalam arti sebenarnya. Pertamina harus mempertanggungjawabkan angka produksi gas elpiji kepada masyarakat secara terbuka, diaudit, supaya kita benar-benar tahu apakah kenaikan gas ini benar-benar rugi, atau akal-akalan pat gulipat saja.

Kenaikan yang bisa diterima akal adalah yang diakibatkan oleh kenaikan biaya distribusi, seperti yang dilansir waktu kenaikan bulan lalu. Tetapi kenaikan karena menyesuaikan dengan pasar dunia benar-benar tidak bisa diterima.

Apalagi kenaikan ini dilakukan sepertinya dengan jebakan. Setelah menghentikan distribusi minyak tanah dan memaksa masyarakat pindah ke gas, elpiji pun naik, seperti yang diduga banyak orang.

Pertamina masih sempat berkilah bahwa ini tidak akan berakibat ke rakyat miskin karena gas 3 kg tidak naik. Ini adalah sebuah pernyataan yang bodoh. Kita semua tahu logika pasar, bahwa jika elpiji 12 kg naik, apalagi kalau benar akan naik Rp500/kg perbulan, yang terjadi adalah hijrah besar-besaran ke elpiji 3 kg. Yang akan terjadi adalah kelangkaan elpiji 3 kg, dan membuat harganya di pasaran naik, meskipun harga distributor tetap.

Elnusa Kejar Tender US$ 53,44 Juta Triwulan II-2008

Jakarta - PT Elnusa Tbk (ELSA) mengejar tender senilai US$ 53,44 juta lagi di triwulan II 2008 ini untuk merampungkan target kontrak yang direncanakan perseroan tahun ini sebesar US$ 166 juta.

"Pada triwulan I kontrak yang sudah diperoleh senilai US$ 112,56 juta. Jadi dari total target kontrak tahun ini yang sebesar US$ 166 juta, triwulan II ini kalau bisa sisanya akan kami peroleh," ungkap Direktur Operasi ELSA, Eddy Sjahbuddin usai RUPST di hotel Dharmawangsa, Jalan Brawijaya, Jakarta, Kamis (15/5/2008).

Total target nilai kontrak perseroan di 2008 sebesar US$ 166 juta terdiri dari divisi Geoscience US$ 75 juta, Drilling Services US$ 51 juta dan Oilfield Services US$ 40 juta.

"Pada triwulan I yang sudah kami peroleh sebesar US$ 112,56 juta, terdiri dari Geoscience US$ 60 juta, Drilling Services US$ 28,56 juta dan Oilfield Services US$ 24 juta," ungkap Eddy.

Jadi pada masing-masing divisi masih dibutuhkan kontrak senilai US$ 15 juta (Geo), US$ 22,44 juta (Drilling) dan US$ 16 juta (Oilfield).

Eddy mengungkapkan perseroan akan mengejar kontrak-kontrak tersebut di triwulan II-2008 ini. Saat ini kontrak-kontrak tersebut masih dalam proses tender.

"Dari nilai US$ 53,44 juta yang masih dalam tender, totalnya ada 16 proyek. Kalau tidak bisa semua, paling tidak setengahnya akan kami kejar di triwulan II ini," ujarnya.






Melalui kontrak-kontrak tersebut, perseroan menargetkan perolehan pendapatan bersih sebesar Rp 2,2 triliun di akhir tahun 2008, dengan target laba bersih sebesar Rp 200 miliar.

Sehubungan dengan target tersebut, pada triwulan I 2008 ELSA membukukan pendapatan bersih sebesar 462,32 miliar. Namun perolehan laba bersih triwulan I minus alias rugi Rp 10,185 miliar.

"Kerugian di triwulan I disebabkan oleh masuknya kontrak-kontrak yang sebesar US$ 112,56 juta itu. Ketika kontrak masuk itu, kontribusi belum ada, yang ada lebih banyak pengeluaran. Itulah sebabnya triwulan I kami merugi," jelas Eddy.

Namun di triwulan II ini, perseroan optimis beberapa kontrak tersebut sudah memberikan kontribusi pada pembukuan.

"Kami optimis triwulan II tidak akan merugi. Apalagi dengan adanya kontrak-kontrak baru dan turunnya pinjaman dari beberapa bank," ulas Eddy.

Pinjaman yang dimaksud adalah dari BCA US$ 50 juta, Danamon Syariah US$ 24 juta dan Natixis US$ 15 juta. Totalnya sekitar US$ 89 juta.

"Pinjaman bank digunakan untuk mendanai capex 2008 yang sebesar Rp 1,2 triliun. Pendanaannya sekitar US$ 80-90 juta dari pinjaman bank, sisanya kas internal," ujar Eddy.

Eddy mengungkapkan bahwa sekitar 90% dari capex tersebut akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang diperoleh pada triwulan I-2008 senilai US$ 112,56 juta.

"Dan tentunya untuk proyek-proyek yang akan kami peroleh nantinya, yang total target nilai kontrak kami tahun ini senilai US$ 166 juta," ulas Eddy.

Kamis, 31 Desember 2009

Adobe Photoshop CS3 Tutorials - Extract Complex Shapes

Ever tried to extract a model’s hair with the pen tool? Well, I gave up after a few minutes and eventually came up with another way to do that, which I’d like to share with you here in this Adobe Photoshop CS3 tutorial.

Step 1

Start with the image of your choice, I chose this one.

Step 2

Go to your Channels Palette and figure out which of these channels has the highest contrast between the object you want to extract and the background. Usually it’s the blue channel. Make a copy of that layer and make sure the layer is not hidden.

Step 3

Press CTRL+L to open up the Levels Window and drag the controllers to raise the contrast between background and the object which shall be extracted. Be careful, don’t overdo it. If the contrast is too high, we won’t be able to extract the smaller objects.

Step 4

Now use the Lasso Tool (M) to trace around remaining bright parts of the object you want to extract. In my picture for example, I made a selection of the model’s face.





Step 5

Fill the selection with black.

Step 6

CTRL+Click the channel in your Channels Palette to make a selection. Click on the main RGB Channel and now you can copy&paste the selection into a new file.

Final Image

Now you can start using your object for any kind of design project you want. This is how it looks when put on a simple white background:

EOR (Steam Fluids)



Apa yang dimaksud dengan Enhanced Oil Recovery ?
EOR merupakan teknik lanjutan untuk mengangkat minyak jika berbagai teknik dasar sudah dilakukan tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan atau tidak ekonomis. Ada tiga macam teknik EOR yang umum :
Teknik termal : menginjeksikan fluida bertemperatur tinggi ke dalam formasi untuk menurunkan viskositas minyak sehingga mudah mengalir. Dengan menginjeksikan fluida tersebut, juga diharapkan tekanan reservoir akan naik dan minyak akan terdorong ke arah sumur produksi.
Proses miscible : menginjeksikan fluida pendorong yang akan bercampur dengan minyak untuk lalu diproduksi. Fluida yang digunakan misalnya larutan hidrokarbon, gas hidrokarbon, CO2 ataupun gas nitrogen.

Barambai Mengandung Gas Alam !

Barambai, Barito, Kalimantan Selatan, bersamaan dengan munculnya semburan gas, mungkin akan segera diketahui. Hal ini bisa dibaca di websitenya BPMIGAS.

Nah, jadi jangan terlalu takut dengan semburan. Ada kalanya semburan itu justru “hadiah” dari alam.

PEMERINTAH AKAN TAWARKAN POTENSI GAS BARAMBAI KE INVESTOR

JAKARTA – Pemerintah berencana menawarkan potensi gas Kampung Bali, Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan, kepada investor. Potensi gas tersebut terdeteksi bersamaan dengan semburan lumpur dari sebuah lubang pemboran air tanah dengan kedalaman 138 meter pada 22 November lalu.

Dirjen Migas, Luluk Sumiyarso seperti dikutib Investor daily mengatakan, pihaknya tengah meneliti status potensi gas di wilayah itu. “Kalau itu masuk wilayah terbuka, investor bisa mengajukan joint study dan nanti akan kami tender. Investor tersebut memperoleh privilege,” kata Luluk.




Sementara itu, Kepala Badan Geologi DESDM Bambang Dwiyanto mengatakan, semburan lumpur dan gas dari lubang pemboran air tanah di Barito Kuala tidak berbahaya bagi kehidupan. Namun masyarakat diminta tidak beraktivitas di sekitar semburan gas. “Dari hasil analisa konsentrasi unsur gas yang keluar tidak berbahaya karena masih di bawah ambang batas yang membahayakan kesehatan,” tuturnya.

Bambang menambahkan, lubang semburan itu mengeluarkan gas yang bertekanan kuat dan mengeluarkan lumpur dalam jumlah kecil. Suhu lumpur yang keluar sekitar 26 derajat Celcius masih dalam kisaran normal.

Komposisi gas di atas lubang semburan, lanjut Bambang, terdiri atas gas metana 22,2-26,6%, karbondioksida 0,45-0,75 % dan nitrogen sekitar 80%. Gas metana dan karbondioksida kemungkinan berasal dari jebakan hidrokarbon di bawah permukaan.

Apakah ini tanda-tanda bagus ?

Ya tentusaja ini “pertanda” bagus, mungkin saja benar. Tetapi bukan berarti pasti ada gasnya. masih banyak yang harus diuji. Diuji kandungan serta komposisinya, diuji seberapa besar jumlahnya, diuji dengan test produksi, dan baru akhirnya diuji keeonomiannya.

Bisa saja itu gas methane dari jebakan gas, bisa jadi juga CBM (Coal Bed Methane) . Perlu penelitian lebih lanjut.

Penampang barat-timur

Nah sekarang aku gantian bertanya …. kalau ternyata nantinya yang di porong juga merupakan pertanda bagus, siapakah yang berhak memperoleh atau mengelolanya ?. Perlu diingat saat ini yang membeli tanah itu bukan dengan uang Pemerintah. Lah apa Lapindo lagi ? Bisa jadi, … tapi aku ngga akan kaget kalau nanti ada yang serta merta menggunakan teori konspirasi … waaak …
Jangan suudzon lah yaw

Penampang Barat-timut disederhanakan

PIPA : ISOLASI



1. Pendahuluan

Tujuan utama isolasi pipa adalah untuk mempertahankan panas. Temperatur fluida di dalam pipa perlu dijaga agar lebih tinggi daripada ambien dengan alasan sebagai berikut :

· mencegah pembentukan hidrat gas

· mencegah pembentukan wax atau aspal

· memelihara sifat aliran fluida

· meningkatkan cool-down time setelah shut down

· memenuhi kebutuhan operasional lainnya

Pada pipa liquefied gas, seperti LNG, isolasi diperlukan untuk menjaga agar temperatur fluida tetap dingin sehingga tetap berada dalam bentuk cair.


2. Isolator

Polypropylene, polyethylene, dan polyurethane merupakan tiga material dasar yang digunakan secara luas untuk isolasi pipa. Konduktivitas termalnya disajikan pada tabel berikut.

Material

Konduktivitas Termal

(BTU/hr-ft-oF)

W/m-K

Polypropylene

0,13

0,22

Polyethylene

0,20

0,35

Polyurethane

0,07

0,12

Ketiga material dasar ini digunakan dalam bentuk yang berbeda-beda sehingga menghasilkan konduktivitas termal keseluruhan yang berbeda pula. 3-layer polypropylene memiliki konduktivitas termal 0,13 BTU/hr-ft-oF, sementara 4-layer polypropylene 0,10 BTU/hr-ft-oF. Polypropylene padatan memiliki konduktivitas termal yang lebih tinggi dibandingkan polypropylene foam. Polymer syntactic polyurethane memiliki konduktivitas termal 0,07 BTU/hr-ft-oF, sedangkan glass syntactic polyurethane 0,09 BTU/hr-ft-oF.




Karena konduktivitas termalnya rendah, polyurethane foam banyak digunakan untuk isolasi pipa bawah laut. Sifat fisika polyurethane foam mencakup densitas, konduktivitas termal, compressive strength, closed cell content, leachable halides, flammability, tensile strength, tensile modulus, dan water absorption.


3. Pipe-in-Pipe Insulation

Dalam kondisi tertentu, sistem isolasi pipe-in-pipe lebih dipilih dibandingkan sistem single-pipe konvensional. Isolasi pipe-in-pipe diperlukan untuk memproduksi fluida dari reservoir bertekanan tinggi/bertemperatur tinggi (di atas 150oC) di laut dalam. Anulus di antara pipa dapat diisi dengan material isolasi yang tipenya berbeda-beda, seperti foam, serbuk, gel, dan gas inert atau vacuum.


4. Kebutuhan Isolasi

Kebutuhan isolasi pipa bervariasi untuk tiap field. Analisis flow assurance memberi arahan untuk penentuan kebutuhan minimum isolasi pipa di suatu field. Analisis mencakup :

· Flash analysis untuk menentukan temperatur pembentukan hidrat pada tekanan operasi.

· Global thermal hydraulics analysis untuk menentukan koefisien perpindahan panas pada setiap lokasi perpipaan.

· Local heat transfer analysis untuk menentukan tipe dan ketebalan isolasi yang digunakan pada suatu lokasi.

· Local transient heat transfer analysis di lokasi khusus untuk menentukan kurva cool down dan waktu untuk mencapai temperatur kritis yang diperbolehkan di setiap lokasi.


Isolasi Kering

Ada dua jenis isolasi pipa, yaitu isolasi kering dan isolasi basah. Isolasi kering memerlukan penghalang (barrier) luar untuk mencegah water ingress (pipe-in-pipe). Tipe yang umum adalah :

. Closed cell polyurethane foam (CCPUF)

. Open cell polyurethane foam (OCPUF)

. Poly-isocyanurate foam (PIF)

. Extruded Polystyrene

. Fiberglass

. Mineral Wool

. Vacuum Insulation Panels (VIP)


Isolasi Basah

Isolasi basah tidak memerlukan penghalang (barrier) luar untuk mencegah water ingress, atau keberadaan water ingress diabaikan karena tidak menurunkan sifat isolator. Tipe yang umum adalah :

. Polyurethane

. Polypropylene

. Syntactic Polyurethane

. Syntactic Polypropylene

. Multi-layered

. dan lain-lain


Sumber : Offshore Pipelines, Boyun Guo, Shanhong Song, Jacob Chacko, Ali Ghalambor, Gulf Professional Publishing, Oxford, 2005

PENGANTAR OILFIELD PROCESSING (CRUDE OIL)

OILFIELD PROCESSING (CRUDE OIL)


Fluida dari kepala sumur (wellhead) – crude oil, gas alam (natural gas), dan air terproduksi – mesti diproses terlebih dulu sebelum dijual, diangkut, direinjeksi, atau dibuang. Oleh karena itu, produksi minyak dan gas meliputi sejumlah unit operasi yang umum disebut sebagai field handling atau oilfield processing.

Oilfied processing didefinisikan sebagai pemrosesan minyak dan/atau gas yang berasal dari kepala sumur hingga mencapai kondisi safe dan ekonomis untuk ditampung dan/atau dialirkan dengan pipa (pipeline) atau diangkut dengan tanker dan truk. Oilfield processing juga mencakup water treatment, yaitu mengolah air terproduksi sehingga dapat direinjeksi ke dalam sumur untuk memelihara tekanan reservoir (reservoir pressure maintenance).

Lingkup oilfield processing dimulai dari kepala sumur dan berakhir di tangki penampungan, perpipaan, atau tanker. Pengolahan mencakup tiga proses sebagai berikut :

  1. Pemisahan (separation) crude oil dari gas, air terproduksi (baik yang bebas maupun yang teremulsi), dan padatan (umumnya pasir).
  2. Penyisihan pengotor (impurities) dari crude oil.
  3. Stabilisasi crude oil, yaitu penyisihan gas terlarut agar minyak dapat ditampung, diangkut, dan ditangani dengan aman.




Pemisahan (separation), dehidrasi, desalting, sweetening, dan stabilisasi menggambarkan operasi spesifik sebagai berikut :

· pemisahan (separation) : fluida yang berasal dari kepala sumur dipisahkan menjadi fasa gas, minyak, dan air.

· dehidrasi : penyisihan tetesan air dan sedimen dari crude oil.

· desalting : mereduksi kandungan garam dari crude oil dengan mengencerkan air teremulsi, selanjutnya di-dehidrasi.

· sweetening : penyisihan acid gas.

· stabilisasi : penyisihan senyawa volatil dari crude oil untuk mereduksi Reid Vapor Pressure (RVP) atau bubblepoint pressure.

Gambar di bawah menyajikan proses tipikal yang terjadi di oilfield processing.

Pemilihan dan pengoperasian peralatan oilfield processing bergantung pada volume dan karakteristik aliran fluida dari kepala sumur.

Sumber : Oilfield Processing, Volume Two : Crude Oil, Francis S. Manning and Richard E. Thompson, Pennwell Books, Oklahoma, 1995

Rabu, 30 Desember 2009

KANDUNGAN CRUDE OIL

OILFIELD PROCESSING (CRUDE OIL)



Crude oil merupakan campuran yang kompleks, terdiri dari banyak senyawa kimia, sehingga lebih sering digambarkan dengan karakteristik keseluruhan atau rata-rata, misalnya densitas (oAPI), kurva distilasi (rentang titik didih), dan lainnya, dibandingkan dengan fraksi mol atau fraksi berat masing-masing komponennya.

Komponen crude oil bervariasi, sangat lebar. Mulai dari minyak berat (mendekati padatan) yang tenggelam dalam air hingga material yang penampilannya menyerupai minyak tanah atau bensin. Lebarnya rentang variasi ini menyebabkan proses pengolahannya pun lebih kompleks.

Crude oil dari kepala sumur umumnya mengandung air terproduksi. Crude oil merupakan emulsi, yaitu adanya tetesan air terproduksi yang terdispersi dalam fasa crude oil walaupun sudah melewati tahap oilfield processing. Air terproduksi menyebabkan kelebihan pressure drop pada pipa (gathering line) dan korosi pada peralatan proses yang terbuat dari baja karbon. Air terproduksi juga meningkatkan biaya pengaliran minyak akitbat meningkatnya pressure drop dan korosi. Air terproduksi mesti dipisahkan dari crude oil.

Komponen utama crude oil adalah hidrokarbon. Crude oil juga mengandung komponen-komponen lain, yaitu sulfur, nitrogen, oksigen, dan logam. Selain itu crude oil mengandung partikel koloid, basic sediment and water (BS & W), dan padatan.





Kandungan crude oil sebagai berikut :

· Hidrokarbon : parafin (rantai lurus dan rantai bercabang), nafta (alkil siklopentana dan alkil sikloheksana), dan aromatik (alkil benzena, nafta fluor aromatik, dan polinuklir aromatik).

· Gas terlarut : nitrogen dan karbon dioksida

· Senyawa sulfur : hidrogen sulfida dan merkaptan

· Senyawa nitrogen organik

· Senyawa oksigen organik

· Senyawa logam organik

· Partikel koloid : aspal, resin, dan wax

· Air (BS & W) : tawar atau asin

· Padatan : pasir, kerak dari pipa, pengotor, dan hasil korosi

Hidrokarbon

Ada tiga kelompok hidrokarbon, yaitu parafin, nafta, dan aromatik. Hampir semua senyawa dalam crude oil terdiri dari tiga kelompok ini, baik sendiri maupun kombinasi.

Parafin berantai lurus (normal parafin) dari C1 hingga C33 ditemukan berada dalam crude oil. Wax merupakan alkana dengan jumlah atom C 16 hingga 20. Hidrokarbon berantai cabang ditemukan di dalam gas dan fraksi bensin (yaitu jumlah atom C 4 hingga 10).

Anggota utama nafta adalah siklopentana dan sikloheksana.

Hidrokarbon aromatik merupakan senyawa benzena dan turunannya. Senyawa aromatik memiliki nomor oktan tinggi, tetapi menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan. Benzena merupakan senyawa karsinogen. Aromatik memiliki smoke point rendah.


Senyawa Sulfur

Senyawa sulfur terdapat di dalam crude oil, walaupun beberapa jenis crude oil kandungan senyawa sulfurnya rendah. Senyawa sulfur dalam crude oil terdiri dari H2S, merkaptan (alifatik dan aromatik), sulfida (alifatik dan siklik), disulfida (alifatik dan aromatik), polisulfida, thiopene dan homolog. Senyawa sulfur merupakan senyawa “beracun” bagi katalis proses pengilangan dan peralatan pengilangan. Senyawa sulfur teroksidasi menjadi sulfur dioksida, senyawa polutan di udara ambien. Crude oil dengan kandungan sulfur tinggi mahal untuk diproses. Masalah utama adalah mencapai batas sulfur pada produk pengilangan dan sesuai dengan peraturan di bidang lingkungan.

Crude oil disebut sour jika memiliki kandungan H2S dengan konsentrasi lebih dari 3.700 ppmv. H2S tergolong senyawa toksik. Senyawa sulfur volatil seperti H2S dan merkaptan yang memiliki Mr rendah disisihkan di oilfield processing.


Senyawa Nitrogen

Senyawa nitrogen terdapat dalam crude oil dalam konsentrasi yang relatif rendah, umumnya kurang dari 0,1 persen-berat sebagai N2. Senyawa nitrogen yang mungkin terdapat dalam crude oil adalah piridin, kuinolin, isokuinolin, akridin, pirol, indol, karbazol, dan porfirin. Senyawa nitrogen meracuni katalis pada proses pengilangan.


Senyawa Oksigen

Senyawa oksigen yang terdapat dalam crude oil dapat bersifat asam dan tidak asam. Senyawa oksigen yang bersifat asam adalah asam karboksilat (lurus dan bercabang), asam naftenat (monosiklik, bisiklik, dan polinuklir), asam aromatik (dasar, binuklir, dan polinuklir), fenol, dan kresol. Senyawa oksigen yang tidak bersifat asam adalah ester, amida, keton, benzofuran, dan dibenzofuran. Sebagian besar senyawa oksigen adalah asam organik yang dapat disisihkan dengan netralisasi.


Senyawa Logam

Ada dua kelompok senyawa logam yang terdapat dalam crude oil. Kelompok pertama adalah logam ringan dengan kandungan utama natrium, disusul kalsium dan magnesium. Kelompok kedua adalah logam yang lebih berat, yaitu vanadium, nikel, kobal, dan besi. Vanadium dan nikel meracuni katalis pada proses catalytic cracking, menyebabkan peningkatan pembentukan coke dan hidrogen.


Partikulat

Crude oil lebih tepat dipandang sebagai sistem koloid daripada larutan homogen. Partikel padatan yang tersuspensi adalah aspal dan resin. Aspal mengandung senyawa polisiklik yang tidak larut dalam pelarut parafin (seperti n-pentana), tetapi larut dalam pelarut aromatik. Normal parafin memflokulasi aspal dari crude oil. Sedangkan resin mengandung senyawa poliksiklik yang tidak larut dalam crude oil, tetapi larut dalam n-parafin; resin tidak terflokulasi.

Partikel aspal lebih besar daripada resin (10-35 nm), biasanya mengandung senyawa oksigen dan sulfur, garam organik dan anorganik, dan porfirin (juga logam). Partikel resin lebih kecil (<10>

Aspal dan resin menggumpal baik sendiri maupun bersama-sama menjadi partikel koloid (sekitar 1 µm). Aspal dan resin berpengaruh terhadap kestabilan emulsi di oilfield processing. Keduanya juga dapat menyebabkan foaming.


Wax

Wax merupakan n-parafin dengan C16 hingga C20. Titik lelehnya di atas suhu kamar. Wax murni merupakan padatan putih, tetapi dapat juga berupa pasta, bergantung pada komposisi atau keberadaan liquid oil. Endapan wax menyebabkan pressure drop berlebih pada pipa (flow line). Jika wax mengkristal pada flow line, pipa dapat tersumbat sehingga aliran fluida tidak lancar. Faktor yang dapat menyebabkan endapan wax antara lain rendahnya temperatur crude oil. Fenomena ini dapat diprediksi dengan tes pour-point (ANSI/ASTM D 97).


NORM

NORM merupakan singkatan dari naturally occuring radioactive materials. Uranium dan thorium terdapat pada batuan dan tanah di kulit bumi. Sumber utama NORM adalah U-238. Air bawah tanah dapat melarutkan garam radium (misalnya RaCl2) dan membawanya ke permukaan. “Induk” radium adalah U-238 dan Th-232 yang kelarutan dalam airnya rendah sehingga tertinggal di formasi.

Radium terpresipitasi dengan barium dan strontium sulfat membentuk kerak (scale). Kerak radioaktif dapat mengkontaminasi downhole tubing, peralatan proses di permukaan, dan peralatan transpor, termasuk sludge dari pigging. Peralatan yang juga terkontaminasi adalah sludge pit, filter, peralatan injeksi air terproduksi, dan lainnya.


Arsen dan Raksa

Arsen dan raksa merupakan dua unsur yang dapat menyebabkan masalah pada industri gas. Keduanya dapat menyebabkan korosi dan teracuninya katalis.


Sumber : Oilfield Processing, Volume Two : Crude Oil, Francis S. Manning and Richard E. Thompson, Pennwell Books, Oklahoma, 1995

FIELD PROCESSING OF CRUDE OIL

OILFIELD PROCESSING (CRUDE OIL)

Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, fasa individu (gas, hidrokarbon, air, dan padatan) harus dipisahkan sesegera mungkin. Masing-masing aliran selanjutnya dapat diolah dengan tingkat kesulitan teknis yang lebih sedikit serta lebih ekonomis. Hasil lab dan tes di lapangan sebelum tahap konstruksi dapat mengidentifikasi seberapa banyak produksi minyak dan gas, serta meminimalkan masalah yang terjadi pada proses pengolahan, seperti pembentukan kerak, foaming, pembentukan emulsi, pengendapan wax, dan pembentukan gas hidrat.


Pemrosesan Gas

Pemrosesan gas dimulai dengan treating, jika diperlukan, untuk menyisihkan acid gas – hidrogen sulfida dan karbon dioksida. Kedua gas ini sangat korosif jika ada air. Hidrogen sulfida juga bersifat toksik. Peraturan lingkungan membatasi pelepasan hidrogen sulfida ke lingkungan dalam jumlah signifikan. Konversi ke bentuk elemen sulfur menjadi hal yang penting.

Gas sweetening umumnya menggunakan larutan kimia, sehingga proses sweetening mendahului proses dehidrasi. Proses dehidrasi bermaksud untuk mencegah pembentukan gas hidrat. Keberadaan gas hidrat dapat menyumbat peralatan proses dan pipa pada tekanan tinggi dan temperatur di atas 32oF (0oC).

Gas yang mengandung liquefiable hydrocarbons (etana, propana, dan senyawa yang lebih berat) dapat menghasilkan kondensat (NGL, natural gas liquid) pada proses kompresi atau pendinginan. Keberadaan kondensat dapat menyebabkan masalah pada perpipaan atau proses selanjutnya. Penyisihan kondensat biasanya dilakukan di field processing untuk mencapai spesifikasi dew-point gas dan agar lebih ekonomis. Selanjutnya kondensat distabilkan dengan menyisihkan komponen gas-gas terlarut.


Pemrosesan Crude Oil

Setelah penyisihan free water, crude oil biasanya masih mengandung emulsified water. Treating, sering juga disebut dehidrasi, diperlukan untuk mereduksi kandungan air hingga nilai yang diinginkan untuk pengangkutan atau dijual. Proses dehidrasi biasanya merupakan kombinasi dari 4 metode, yaitu waktu tinggal (residence time), penambahan bahan kimia, panas, dan listrik statis.

Hidrogen sulfida dalam crude oil dibatasi karena akan menyebabkan masalah dalam penanganan dan pengangkutan. Hidrogen sulfida mempunyai sifat toksik dan korosif.

Stabilisasi crude oil bertujuan untuk menurunkan tekanan uap hingga nilai yang memungkinkan crude oil aman untuk ditangani dan diangkut. Kontrol tekanan uap diperoleh dengan pemisahan bertahap (stage separation), reboiled distillation, atau kombinasi keduanya.






Pemrosesan Air

Air terproduksi merupakan limbah. Air terproduksi perlu diolah agar memenuhi kelayakan lingkungan.

Langkah pertama dalam pengolahan air adalah penyisihan minyak. Emulsi minyak-dalam-air cukup sulit dibersihkan karena ukuran partikelnya kecil. Padatan (suspended solid) juga biasanya berada dalam air terproduksi. Jenis peralatan untuk menyisihkan minyak dan padatan mencakup :

- Oil skimmer tank

- Coalescer plate

- Air flotation tank

- Hydrocyclone

- Unit filtrasi

Sebelum direinjeksi, air terproduksi biasanya difiltrasi, di-deaerasi jika diperlukan, dan diberi biocide. Tujuan utamanya adalah menghindari penyumbatan reservoir (reservoir plugging).

Air laut sering digunakan sebagai air injeksi untuk reservoir pressure maintenance karena keberlimpahannya. Air laut diberi biocide untuk membunuh mikroorganisme, kemudian difiltrasi. Oksigen terlarut disisihkan dengan bahan kimia, gas atau vacuum stripping, atau reaksi katalitik dengan hidrogen. Langkah ini bertujuan untuk mereduksi korosivitas dan mencegah pertumbuhan bakteri aerob di sumur bor. Selanjutnya air disterilisasi dengan radiasi ultraviolet atau injeksi biocide tambahan untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme lainnya. Mikroorganisme dapat menyebabkan korosi, penyumbatan pipa dan batuan formasi reservoir, serta dapat menghasilkan H2S dalam formasi. Scale inhibitor juga ditambahkan ke dalam air sebelum diinjeksikan ke dalam formasi.


Penanganan Pasir

Pasir dan padatan lainnya berkumpul di lokasi di mana kecepatan dan turbulensi aliran fluida rendah, seperti di dasar tangki atau di coalescer plate. Pasir disisihkan dengan peralatan jetting nozzle, centrifugal cone desander, atau lainnya. Pada pasir melekat minyak atau emulsi sehingga diperlukan pembersihan sebelum pasir dibuang.

Sumber : Oilfield Processing, Volume Two : Crude Oil, Francis S. Manning and Richard E. Thompson, Pennwell Books, Oklahoma, 1995